Berita Daerah

M. Nasir Kunjungi Rumah Korban DBD

MUBA – Di tengah pandemi Covid-19 yang belum usai, kita juga harus waspada terhadap terhadap segala macam penyakit termasuk penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Terutama memasuki musim penghujan ini. Ketika musim hujan seperti sekarang, banyak orangtua khawatir apabila anaknya mengalami gejala demam selama tiga hari, atau lebih. Pasalnya, musim hujan memang diketahui merupakan masa bagi nyamuk Aedes aegypti, yang menyebabkan penyakit demam berdarah dengue (DBD) berkembang biak. Oleh karenanya, para orangtua pasti cemas jika sang buah hati mungkin terkena DBD, dan penyakit ini sangat berbahaya banyak terutama anak-anak meninggal dunia terserang penyakit DBD tersebut kalau tidak segera diatasi.

 

Gilang Satria, bocah lelaki umur 3,5 tahun itu meninggal dunia akibat terserang penyakit demam berdarah, sebelumnya sempat menjalani perawatan di RSUD Sekayu, Musi Banyuasin. Diceritakan Nani Triana, 37 tahun, Satria (panggilan sayang untuk anaknya tersebut) sebelumnya mengalami batuk filek namun badannya tidak panas, kemudian dibawa ke bidan desa lalu dikasih obat penurun panas.

 

Malam hari nya lanjut Nani, Satria banyak minum air tapi kondisi tubuhnya lemas selanjutnya bocah anak ketiga dari tiga saudara tersebut dibawa ke RSUD Sekayu sempat menjalani perawatan intensif dinyatakan terserang penyakit deman berdarah. Sempat dua hari koma dan setelah empat hari dirawat anak buah cinta pasangan Nani Triana dan Kurniawan tersebut, 16 Februari 2022 sekitar pukul 14.00 Wib nyawa Satria tidak tertolong lagi, ujar Nani terlihat masih menyimpan kesedihan mendalam dihati ibu muda tersebut.

 

Kemudian warga Talang Dusun 1 Talang Baru Supat Timur Kecamatan Babat Supat Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) itu menceritakan bahwa selama dia tinggal ditalang sekitar 12 tahun belum pernah tempat mereka tinggal di semprot oleh Dinas Kesehatan, Muba.

 

“Saya memohon kepada Pemerintah Muba agar peristiwa seperti yang saya alami ini tidak terjadi pada anak-anak yang lain, Dusun kami ini minta dilakokan penyemprotan (Fogging) agar terhindar dari penyakit berbahaya itu,”tegas Neni didampingi suaminya Kurniawan.

 

Menyikapi musibah yang dialami orang tua Almarhum sekaligus Sahabatnya tersebut, Muhammad Nasir, S.Si ketika diwawancarai dirumah duka, bahwa dirinya mendapat kabar anak sahabatnya tersebut meninggal dunia akibat Demam Berdarah, saya mohon Maaf ketika itu belum bisa melayat namun hari ini saya sengaja ke sini, ucapnya.

 

“Saya atas nama pribadi dan keluarga besar turut berduka cita yang sedalam dalamnya dan kepada keluarga Almarhum agar tabah menghadapi cobaan ini,” kata Anggota DPRD Banyuasin tersebut.

 

Terus terang setelah mendengar bahwa di Dusun Talang Baru Supat Timur ini, sudah belasan tahun tidak tersentuh penyemprotan nyamuk Aedes aegypti yang menyebabkan virus dengue. Nyamuk itu berciri khas berwarna hitam belang putih dan kerap ditemukan digenangan air, jelas Pria yang digadang-gadang bakal Maju Pada Pilkada MUBA 2024 tersebut.

 

Apalagi lanjutnya, sekarang memasuki musim penghujan ini harus segera diantisipasi agar tidak ada lagi korban sampai meninggal dunia akibat demam berdarah ini. Untuk itu mestinya pihak terkait seperti Dinas Kesehatan MUBA melakukan penyemprotan secara berkala. Seandainya belum ada dananya secara teknis dana darimana bisa diambil.

 

Dan Pihak Dinkes MUBA harus melakukan sosialisasi disetiap desa hingga ke pelosok-pelosok mengenai penyakit dan cari mengantisipasi penyebab penyakit deman berdarah ini,” Saya kira Pemerintah Desa masih ada yang belum memahami hal tersebut kalau tidak ada sosialisainya, karena biasanya penyakit DBD ini baru diketahui setelah dilakukan uji tes laboratorium, ujar Politisi Partai Golkar tersebut.

 

Biasanya, didunia medis istilah demam berdarah dengue disebut dengan infeksi virus dengue. Menurut dia, penyakit DBD disebabkan virus dengue dari nyamuk Aedes aegypti, yang memiliki ciri khas berwarna hitam belang putih, dan kerap ditemukan pada genangan air.

 

Lanjutnya, sangat mungkin bagi nyamuk Aedes aegypti hidup di genangan air, lalu berkembang biak di area tersebut. Gejala DBD pada anak di tahap demam awal, gejala DBD pada anak cukup sulit dibedakan dengan infeksi lain, maupun dengan penyebab demam yang lainnya. “Apabila demam berlangsung terus hingga tiga hari, kemudian didapatkan pola demam pelana kuda di mana (anak mengalami) demam, kemudian tidak demam, demam lagi, jadi harus segera dibawa di RS karena di RS itu alatnya lengkap, tegas Muhammad Nasir.

 

Bagaimana untuk mengantisipasi penyakit ini jelas Politisi asal MUBA tersebut pertama Menguras Kegiatan menguras atau membersihkan tempat yang sering menjadi penampungan air, seperti bak mandi, kendi, toren air, drum, dan tempat penampungan air lainnya.

 

Kemudian, Menutup Kegiatan menutup rapat tempat-tempat penampungan air, seperti bak mandi maupun drum. Menutup juga dapat diartikan sebagai kegiatan mengubur barang bekas di dalam tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.

 

Dan terakhir, Mengubur barang bekas Kegiatan mengubur barang bekas yang berpotensi menampung air yang menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk penyabab DBD. Jika tidak menguburnya, mungkin bisa memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai ekonomis (daur ulang) tersebut sebagai cara lain untuk mencegah penyebaran nyamuk penyebab demam berdarah.

 

Terakhir Muhammad Nasir mengajak masyarakat agar mematuhi Protokol Kesehatan (Prokes) seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun pakai air mengalir serta menjauhi kerumunan mengingat sekarang wabah virus corona dan omicron masih mengancam kita semua, tutupnya.

Sumber : Meteorsumatera.com

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button